10 Kutipan Terkenal Sasuke Uchiha, Apa Saja?

10 Kutipan Terkenal Sasuke Uciha, Apa Saja?. Foto: Toku

Siapa sih yang nggak tau Naruto? Naruto adalah salah satu anime dan manga yang sangat populer di dunia. Anime ini menceritakan tentang petualangan Naruto Uzumaki, seorang ninja yang bercita-cita menjadi Hokage, pemimpin tertinggi desanya. Dalam perjalanannya, Naruto bertemu dengan banyak teman, musuh, dan guru yang membentuk dirinya sebagai seorang ninja dan manusia. Salah satu karakter yang paling penting dan menarik dalam anime ini adalah Sasuke Uchiha, sahabat sekaligus rival Naruto.

Sasuke Uchiha adalah seorang ninja dari desa Konoha yang memiliki ambisi untuk membalas dendam pada kakaknya, Itachi Uchiha, yang telah membantai seluruh klannya. Sasuke memiliki kepribadian yang dingin, pendiam, dan serius. Dia juga sangat bangga dengan warisan klannya dan tidak mudah percaya pada orang lain. Sasuke memiliki banyak kutipan yang menunjukkan sisi gelap, emosional, dan filosofinya. Kutipan-kutipan ini sering kali menggambarkan perasaan, pemikiran, dan motivasi Sasuke dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan dalam hidupnya.

Baca juga: Alasan Mata Karakter Anime Jepang Memiliki Ukuran yang Besar, Penasaran?

10 Kutipan Terkenal Sasuke Uchiha

Sasuke Uchiha. Foto: Toku

Sasuke Uchiha. Foto: Toku

Berikut mimin akan beritahu, 10 kutipan terkenal milik Sasuke Uchiha. Simak terus sampai habis ya.

  •  “Apa yang saya miliki bukanlah mimpi, karena saya akan mewujudkannya. Aku akan memulihkan klanku, dan membunuh seseorang.” 

Kutipan ini menunjukkan tekad Sasuke untuk mencapai tujuannya, yaitu menghidupkan kembali klannya dan membunuh Itachi. Dia tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentangnya, dia hanya fokus pada apa yang dia inginkan.

  • “Tidak ada orang yang memilih kejahatan karena dia jahat, dia hanya salah mengartikannya sebagai kebahagiaan, kebaikan yang dia cari.” 

Kutipan ini menunjukkan pandangan Sasuke tentang kejahatan dan kebaikan. Dia percaya bahwa setiap orang memiliki alasan untuk melakukan apa yang mereka lakukan, bahkan jika itu berarti melanggar aturan atau menyakiti orang lain. Dia juga mengakui bahwa dia sendiri telah melakukan hal-hal yang dianggap jahat oleh banyak orang, tetapi dia merasa bahwa itu adalah cara untuk mencari kebahagiaan dan kebaikan.

  • “Mereka yang tidak memahami rasa sakit yang sebenarnya tidak akan pernah bisa memahami kedamaian yang sebenarnya.”

Kutipan ini menunjukkan pengalaman Sasuke tentang rasa sakit dan kedamaian. Dia merasa bahwa hanya mereka yang telah merasakan penderitaan yang luar biasa dapat menghargai nilai dari kedamaian. Dia juga merasa bahwa banyak orang yang hidup dalam kedamaian tidak menyadari betapa berharganya hal itu dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif.

  • “Jika ada orang lain yang mencoba mengejek cara hidup saya, saya akan membantai semua orang yang pernah mereka sayangi. Dan kemudian mungkin mereka akan mengerti bagaimana rasanya mencicipi… sedikit kebencian saya.”

Kutipan ini menunjukkan kemarahan dan dendam Sasuke terhadap mereka yang menghina atau mengganggu dirinya. Dia tidak akan segan-segan untuk menggunakan kekuatannya untuk menghancurkan musuh-musuhnya dan membuat mereka merasakan apa yang dia rasakan. Dia juga ingin membuat mereka menyadari betapa kuatnya kebenciannya terhadap dunia.

  • “Air mata dan hujan, jatuh di wajahku, tubuhku tidak bisa tinggal namun hatiku tidak mau pergi.” 

Kutipan ini menunjukkan kesedihan dan kerinduan Sasuke terhadap masa lalunya. Dia merasa bahwa dia telah kehilangan segalanya yang berharga baginya, yaitu keluarganya, teman-temannya, dan desanya. Dia juga merasa bahwa dia tidak bisa kembali ke tempat itu lagi, tetapi di dalam hatinya dia masih terikat dengan kenangan-kenangan itu.

  • “Saya mengerti sekarang. Bahkan jika saya harus mengambil buah iblis, saya harus mendapatkan kekuatan. Saya seorang pembalas.” 

Kutipan ini menunjukkan kesediaan Sasuke untuk melakukan apa saja demi mendapatkan kekuatan. Dia tidak peduli dengan resiko atau konsekuensi dari tindakannya, dia hanya ingin menjadi lebih kuat dari siapapun. Dia juga menyatakan identitasnya sebagai seorang pembalas, yaitu seseorang yang hidup untuk membalas dendam.

  • “Aku sudah memberitahumu sebelumnya, aku seorang pembalas. Saya tidak peduli dengan tes ini, Chunin atau apa pun. ‘Apakah saya kuat?’ itulah jawaban yang saya inginkan.”

 Kutipan ini menunjukkan ketidaktahuan Sasuke terhadap hal-hal yang tidak berhubungan dengan tujuannya. Dia tidak tertarik dengan status, gelar, atau penghargaan yang bisa dia dapatkan sebagai seorang ninja. Dia hanya peduli dengan kekuatannya sendiri dan bagaimana dia bisa mengalahkan Itachi.

  • “Diam sekali saja! Apa sih yang kamu tahu tentang itu? Ini tidak seperti Anda pernah memiliki keluarga sejak awal! Anda sendiri sejak awal, apa yang membuat Anda berpikir Anda tahu sesuatu tentang itu?! Hah?! Saya menderita sekarang karena saya memiliki ikatan itu, bagaimana mungkin Anda bisa mengerti, bagaimana rasanya kehilangan semua itu?” 

Kutipan ini menunjukkan ketidaksabaran dan kebencian Sasuke terhadap Naruto, sahabatnya yang juga merupakan saingannya. Dia merasa bahwa Naruto tidak bisa memahami perasaannya karena dia tidak pernah memiliki keluarga atau orang yang dicintainya. Dia juga merasa bahwa Naruto tidak pantas untuk menjadi temannya karena dia selalu berusaha untuk mengalahkan atau menghentikannya.

  • “Memiliki terlalu banyak ikatan menyebabkan seseorang kehilangan fokus, melemahkan keinginan terkuat mereka, keinginan terbesar mereka.”

 Kutipan ini menunjukkan pandangan Sasuke tentang ikatan dan kesendirian. Dia merasa bahwa memiliki terlalu banyak orang yang peduli dengannya akan mengganggu tujuannya dan melemahkan tekadnya. Dia lebih memilih untuk hidup sendiri dan memutuskan hubungannya dengan orang-orang yang pernah dekat dengannya.

  • “Aku sudah lama memejamkan mata… Satu-satunya tujuanku adalah dalam kegelapan.”

 Kutipan ini menunjukkan keputusasaan dan ketidakpedulian Sasuke terhadap dunia. Dia merasa bahwa dia tidak memiliki harapan atau impian lagi, hanya dendam yang menggerakkan dirinya. Dia juga merasa bahwa dia tidak bisa melihat cahaya atau kebenaran lagi, hanya kegelapan yang menelan dirinya.